Jumat, 11 Mei 2012

Hipotesis dalam Karya Ilmiah | Pengertian, Jenis-Jenis, dan Kriteria Hipotesis

 Metode ilmiah meliputi rangkaian yang digunakan untuk menyelidiki sebuah kejadian ilmiah yang terjadi. Dalam sebuah penelitian ilmiah ada beberapa langkah ilmiah yang harus dilakukan. Salah satunya adalah merumuskan masalah. Setelah merumuskan masalah, para peneliti berkesempatan dalam memberikan jawaban sementara yang terkait dengan permasalahan dalam penelitiannya.
Jawaban sementara tersebut berperan dalam menuntun langkah penelitian kuantitatif selanjutnya. Jawaban tersebut disebut sebagai hipotesis. Hipotesis ini sangat sangat penting dalam penelitian kuantitatif. Hipotesis pun terdiri dari beberapa jenis. Dari masing-masing jenis ini memiliki ciri-ciri tersendiri.
Dan dalam merumuskan hipotesis ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar menjadi menjadi hipotesis yang baik, sehingga dapat memenuhi tujuan pembuatannya. Selanjutnya dilakukan eksplorasi dengan melakukan pengujian hipotesis.
Menyangkut hal-hal tersebut, maka dalam bahasan ini akan dibahas mengenai beberapa hal tentang hipotesis, yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan hipotesis?
b. Apa saja jenis-jenis dari hipotesis?
c.  Mengapa hipotesis penting dan bagaimana kriteria-kriteria perumusan hipotesis yang baik?
d.  Bagaimana cara menguji hipotesis?

A.    Pengertian Hipotesis
Secara etimologi hipotesis berasal dari dua kata yaitu kata hypo dan thesis. Kata hypo berarti ‘kurang dari’ dan thesis berarti ‘pendapat’. Sedangkan secara istilah hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara dari sebuah masalah penelitian..
Webster’s New Word Dictionary (1977) menyatakan “Hypothesis is an unproved theory, proposition, etc; tentatively accepted to explain certain facts or to provide a basis for investigation, arguments.” Hipotesis merupakan suatu proporsi, kondisi, atau prinsip-prinsip untuk sementara dianggap benar tanpa keyakinan, agar dapat ditarik suatu konsekuensi logis dan selanjutnya diadakan pengujian (testing) tentang kebenarannya dengan menggunakan data empiris dari hasil suatu penelitian
Menurut Trelease dalam bukunya How to Write Scientific and Technical Papers menyatakan bahwa hipotesis merupakan suatu keterangan sementara dari fakta yang diamati. Sedangkan menurut Good dan Scates dalam bukunya Methods of Research Educational mendefenisikan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta atau pun kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk langkah selanjutnya. Dan menurut Kerlinger dalam bukunya Fondation of Behavior Research hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua avariabel atau lebih.
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitian dengan seksama dan menetapkan anggapan dasar maka ia perlu menguji, ini disebut hipotesis (Zarkasyi: 2006).  Selain itu hipotesis dapat diartikan suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara (Soeratno, 2000: 22), dan arti sesungguhnya bernilai sebagai suatu tesis yang belum diuji kebenarannya. Hipotesis dikatakan bersifat sementara karena kebenarannya masih perlu diuji atau dites kebenarannya dengan data asalnya di lapangan.

B.     Jenis-Jenis Hipótesis
Berdasarkan bentuknya, hipotesis dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.      Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah (research question). Hipotesis ini tidak harus mutlak kebenarannya dan tidak diperlukan pengujian menggunakan teknik statistik, karena memang fungsi utamanya hanya untuk memberikan jawaban sementara, sebagai rambu-rambu tindakan selanjutnya di lapangan.
Dilihat dari posisinya, hipotesis penelitian biasanya ditempatkan pada bab kedua, yaitu studi kepustakaan setelah landasan teori dan atau setelah kerangka berpikir tersusun.
Contoh hipotesis penelitian:
·   Ada korelasi positif dan signifikan antara usaha peningkatan belajar di sekolah dengan hasil pencapaian belajar siswa.
·      Ada hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara besarnya gaji yang diterima para guru dengan keinginan bekerja sambilan di luar lembaga tempat bekerja.
2.      Hipotesis Statistika
Hipotesis ini digunakan jika peneliti melakukan uji analisis dengan hanya menggunakan sebagian dari keseluruhan data yang ada. Sedangkan proses teknik statistika yang menggambarkan pengambilan dari keseluruhan ke arah sebagian populasi disebut proses inferensi. Dalam penelitian statistik diperlukan data statistik pula, sehingga hipotesis biasanya dinyatakan secara eksplisit dan jelas menggunakan simbol statistika yang sesuai.

Dan secara umum terdapat dua macam hipotesis, yaitu:
1.      Hipotesis kerja atau hipotesis alernatif (Ha)
Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau adanya perbedaan atau pengaruh antara dua variabel yang dipersoalkan.
Contoh:
·         Jika diberi pupuk, maka pertumbuhan tanaman lebih cepat.
·         Ada perbedaan tingkat prestasi antara karyawan dan karyawati di perusahaan A.
·     Ada pengaruh antara intensitas pemuatan iklan di televisi dengan peningkatan  pemasaran produk di perusahaan B.
2.      Hipotesis Nol/ Null Hipótesis (H0)
Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan atau tidak adanya perbedaan, atau tidak adanya pengaruh/ hubungan antara dua variabel. Hipotesis ini biasa digunakan dalam hipotesis statistik. Contoh:
·     Tidak ada perbedaan antara  mahasiswa semester I dan semester II dalam disiplin belajar.
·   Tidak ada pengaruh jarak rumah ke sekolah terhadap kerajinan mengikuti pelajaran.
Menurut Sugiyono, pada tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji dan dirumuskan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1.   Hipotesis Deskriptif
Hipotesis ini adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan tertentu. Contoh bila perumusan masalah:
·         Berapa tinggi tingkat daya tahan lampu merek X?
·         Bagaimana tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja pelayanan di bank Y?
 
Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
·         Daya tahan lampu merek X adalah 800 jam.
·       Tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja pelayanan bank B cukup memuaskan dalam memberikan pelayanan.
2.  Hipotesis Komparatif (Testo f Difference)
Hipotesis komparatif merupakan pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam suatu variable atau lebih pada sampel yang berbeda. Contoh:
Rumusan masalah: “Adanya  perbedaan daya tahan lampu antara lampu merek A dan B”
Maka hipotesis yang dapat dirumuskan:
·         Tidak ada perbedaan daya tahan antara lampu merek A dan B.
·         Daya tahan lampu merek A paling kecil sama dengan lampu merek A.
·         Daya tahan lampu merek B paling tinggi sama dengan lampu merek A.
3.  Hipotesis Hubungan (Test of Association)
Hipotesis asosiatif merupakan suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh:
Rumusan masalah: “Adakah hubungan antara press relation dengan efektifitas pemberitaan yang positif di media surat kabar harian Kompas?”
Hipotesisnya: Tidak ada hubungan antara press relation dengan efektifitas pemberitaan yang positif di media surat kabar harian Kompas.

C.    Perumusan Hipotesis
Hipotesis berperan penting dalam sebuah penelitian. Dengan adanya hipotesis peneliti dapat menunjukkan harapannya yang direfleksikan dalam hubungan variabel dalam suatu permasalahan penelitian. Dua alasan yang mendasar mengapa hipotesis dibuat sebelum peneliti ke lapangan (Ary, dkk, 1985: 76), yaitu:
1.   Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa peneliti mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dalam kaitannya dengan permasalahan.
2.  Bahwa dengan hipotesis dapat memberikan arah dan petunjuk tentang pengambilan data dan proses interpretasinya.
Dalam penelitian, seorang peneliti yang menuliskan hipotesis secara baik memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1.      Memfokuskan masalah yang diteliti.
2.      Mengidentifikasikan data yang relevan untuk disimpulkan.
3.    Menyediakan keterangan secara sementara terhadap gejala yang memungkinkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
4.      Memberikan arah yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
5.      Memberikan kisi-kisi laporan untuk melaporkan kesimpulan studi.
Dengan demikian, dengan adanya hipotesis yang baik, peneliti dapat lebih mudah dalam mencari pemecahan masalah atas dasar pernyataan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
Adapun kriteria-kriteria perumusan  hipotesis yang baik antara lain:
1.      Hipotesis dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Pernyataan tersebut harus mengarah dan fokus kepada tujuan penelitian.
2.      Menggunakan variabel-variabel yang jelas dan benar. Hipotesis harus menyatakan pertautan dua variabel atau lebih.
3.      Pernyataan yang dirumuskan dengan maksud dapat diuji secara empiris (data lapangan). Artinya suatu hipotesis harus dapat diukur sejauh apa bisa terbukti kebenarannya.
4.      Pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori lebih kuat jika dibandingkan dengan hipotesis lawan.
Terdapat 2 pilihan peneliti terhadap hipotesis yang dirumuskan, yaitu:
1.      Menerima keputusan seadanya saat hipotesis tidak terbukti.
2.      Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Menurut Good dan Scates (1945) dalam buku Methods of Research Educational ada beberapa sumber untuk menggali hipotesis, yaitu:
1.      Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu.
2.      Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan .
3.      Imajinasi.
4.      Materi bacaan dan literatur.
5.      Pengetahuan tentang kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki.
6.      Data yang tersedia.
7.      Analogi dan kesamaan.
Secara umum hipotesis tersebut dapat dirumuskan melalui 3 sumber utama yang mempunyai hubungan dengan jenis dan sifat penelitian yang dilakukan peneliti (Soeratno: 2000: 211), yaitu:
1.      Pengalaman, pengamatan, dan dugaan si peneliti yang bersangkutan.
2.  Hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya atau pengetahuan umum dari peneliti mengenai bidang-bidang yang akan ditelaah.
3.   Teori-teori atau konsep-konsep yang sudah ada, yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam pengajuan hipotesis.

D.    Pengujian Hipotesis
Pengujian ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan memerlukan akurasi yang tepat dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data sampel yang merupakan bagian dari populasi. Pengujian hipotesis ini adalah ekspektasi peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu populasi yang didukung dengan landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan oleh peneliti tersebut.
Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan, peneliti memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti ditolak karena perbedaan hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu kebetulan namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan dapat pula karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima sebagai hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis nol (H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak, dan Ha = diterima.
Dan suatu hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari hasil kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan peneliti sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang ada.
Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa dalam merumuskan hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima keputusan seadanya saat hipotesis tidak terbukti atau mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Pengujian hipotesis tidak harus membuktikan benar. Peneliti tidak harus mengulang kembali penelitiannya jika hipotesis belum bisa dibuktikan melainkan memasukkan pada dua kemungkinan tadi yakni diterima atau ditolak. 



 
Referensi:
Ruslan, Rosadi. 2006. Metode Penelitian Publik Relation dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Pratiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Tika, Pabundu. 2006. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

1 komentar:

  1. Pengetahuan yang sangat bermanfaat |

    Riads Solution Statistics Research & Information Technology Consulting | Terbuka Diskusi dan Konsultasi Tentang Riset Ilmiah & IT company profile | www.riadsolution.com

    BalasHapus