Metode ilmiah meliputi rangkaian
yang digunakan untuk menyelidiki sebuah kejadian ilmiah yang terjadi. Dalam
sebuah penelitian ilmiah ada beberapa langkah ilmiah yang harus dilakukan. Salah
satunya adalah merumuskan masalah. Setelah merumuskan masalah, para peneliti
berkesempatan dalam memberikan jawaban sementara yang terkait dengan
permasalahan dalam penelitiannya.
Jawaban sementara tersebut berperan
dalam menuntun langkah penelitian kuantitatif selanjutnya. Jawaban tersebut
disebut sebagai hipotesis. Hipotesis ini sangat sangat penting dalam penelitian
kuantitatif. Hipotesis pun terdiri dari beberapa jenis. Dari masing-masing
jenis ini memiliki ciri-ciri tersendiri.
Dan dalam merumuskan hipotesis
ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar menjadi menjadi hipotesis yang
baik, sehingga dapat memenuhi tujuan pembuatannya. Selanjutnya dilakukan
eksplorasi dengan melakukan pengujian hipotesis.
Menyangkut hal-hal tersebut, maka
dalam bahasan ini akan dibahas mengenai beberapa hal tentang hipotesis, yaitu:
a. Apa yang
dimaksud dengan hipotesis?
b. Apa saja
jenis-jenis dari hipotesis?
c. Mengapa
hipotesis penting dan bagaimana kriteria-kriteria perumusan hipotesis yang baik?
d.
Bagaimana
cara menguji hipotesis?
A. Pengertian
Hipotesis
Secara
etimologi hipotesis berasal dari dua kata yaitu kata hypo dan thesis.
Kata hypo berarti ‘kurang dari’ dan thesis berarti ‘pendapat’. Sedangkan
secara istilah hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara dari sebuah
masalah penelitian..
Webster’s New Word Dictionary (1977) menyatakan
“Hypothesis is an unproved theory, proposition, etc; tentatively accepted to
explain certain facts or to provide a basis for investigation, arguments.”
Hipotesis merupakan suatu proporsi, kondisi, atau prinsip-prinsip untuk
sementara dianggap benar tanpa keyakinan, agar dapat ditarik suatu konsekuensi
logis dan selanjutnya diadakan pengujian (testing) tentang kebenarannya
dengan menggunakan data empiris dari hasil suatu penelitian
Menurut Trelease dalam bukunya How to Write
Scientific and Technical Papers menyatakan bahwa hipotesis merupakan suatu
keterangan sementara dari fakta yang diamati. Sedangkan menurut Good dan Scates dalam bukunya Methods of Research
Educational mendefenisikan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau
referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan
fakta-fakta atau pun kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk
langkah selanjutnya. Dan menurut Kerlinger dalam bukunya Fondation of
Behavior Research hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari
hubungan antara dua avariabel atau lebih.
Hipotesis
merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampai terbukti
melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan
penelitian dengan seksama dan menetapkan anggapan dasar maka ia perlu menguji,
ini disebut hipotesis (Zarkasyi: 2006). Selain itu hipotesis dapat diartikan suatu
pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara (Soeratno, 2000: 22),
dan arti sesungguhnya bernilai sebagai suatu tesis yang belum diuji
kebenarannya. Hipotesis dikatakan bersifat sementara karena kebenarannya masih
perlu diuji atau dites kebenarannya dengan data asalnya di lapangan.
B.
Jenis-Jenis Hipótesis
Berdasarkan
bentuknya, hipotesis dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis
penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah (research question). Hipotesis ini tidak harus mutlak
kebenarannya dan tidak diperlukan pengujian menggunakan teknik statistik,
karena memang fungsi utamanya hanya untuk memberikan jawaban sementara, sebagai
rambu-rambu tindakan selanjutnya di lapangan.
Dilihat
dari posisinya, hipotesis penelitian biasanya ditempatkan pada bab kedua, yaitu
studi kepustakaan setelah landasan teori dan atau setelah kerangka berpikir
tersusun.
Contoh
hipotesis penelitian:
· Ada
korelasi positif dan signifikan antara usaha peningkatan belajar di sekolah
dengan hasil pencapaian belajar siswa.
· Ada
hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara besarnya gaji yang diterima
para guru dengan keinginan bekerja sambilan di luar lembaga tempat bekerja.
2.
Hipotesis
Statistika
Hipotesis
ini digunakan jika peneliti melakukan uji analisis dengan hanya menggunakan
sebagian dari keseluruhan data yang ada. Sedangkan proses teknik statistika
yang menggambarkan pengambilan dari keseluruhan ke arah sebagian populasi
disebut proses inferensi. Dalam penelitian statistik diperlukan data statistik
pula, sehingga hipotesis biasanya dinyatakan secara eksplisit dan jelas
menggunakan simbol statistika yang sesuai.
Dan secara
umum terdapat dua macam hipotesis, yaitu:
1.
Hipotesis
kerja atau hipotesis alernatif (Ha)
Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau
adanya perbedaan atau pengaruh antara dua variabel yang dipersoalkan.
Contoh:
·
Jika diberi pupuk, maka pertumbuhan
tanaman lebih cepat.
·
Ada
perbedaan tingkat
prestasi antara karyawan dan karyawati di perusahaan A.
· Ada
pengaruh antara
intensitas pemuatan iklan di televisi dengan peningkatan pemasaran
produk di perusahaan B.
2.
Hipotesis
Nol/ Null Hipótesis (H0)
Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan atau tidak
adanya perbedaan, atau tidak adanya pengaruh/ hubungan antara dua variabel. Hipotesis
ini biasa digunakan dalam hipotesis statistik. Contoh:
· Tidak
ada perbedaan antara mahasiswa semester I dan semester II
dalam disiplin belajar.
· Tidak
ada pengaruh jarak rumah
ke sekolah terhadap kerajinan mengikuti pelajaran.
Menurut
Sugiyono, pada tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji dan dirumuskan
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis
ini adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat
perbandingan atau hubungan tertentu. Contoh bila perumusan masalah:
·
Berapa
tinggi tingkat daya tahan lampu merek X?
·
Bagaimana
tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja pelayanan di bank Y?
Maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
·
Daya
tahan lampu merek X adalah 800 jam.
· Tingkat
kepuasan pelanggan terhadap kinerja pelayanan bank B cukup memuaskan dalam
memberikan pelayanan.
2. Hipotesis Komparatif (Testo f
Difference)
Hipotesis komparatif merupakan pernyataan yang
menunjukkan dugaan nilai dalam suatu variable atau lebih pada sampel yang
berbeda. Contoh:
Rumusan masalah: “Adanya perbedaan daya tahan lampu antara lampu merek
A dan B”
Maka hipotesis
yang dapat dirumuskan:
·
Tidak
ada perbedaan daya tahan antara lampu merek A dan B.
·
Daya
tahan lampu merek A paling kecil sama dengan lampu merek A.
·
Daya
tahan lampu merek B paling tinggi sama dengan lampu merek A.
3. Hipotesis Hubungan (Test of
Association)
Hipotesis asosiatif merupakan suatu pernyataan yang
menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh:
Rumusan masalah: “Adakah hubungan antara press relation dengan
efektifitas pemberitaan yang positif di media surat kabar harian Kompas?”
Hipotesisnya: Tidak ada hubungan antara press relation dengan
efektifitas pemberitaan yang positif di media surat kabar harian Kompas.
C. Perumusan
Hipotesis
Hipotesis berperan penting dalam sebuah penelitian. Dengan adanya hipotesis peneliti dapat
menunjukkan harapannya yang direfleksikan dalam hubungan variabel dalam suatu
permasalahan penelitian. Dua alasan yang mendasar mengapa hipotesis dibuat
sebelum peneliti ke lapangan (Ary, dkk, 1985: 76), yaitu:
1.
Hipotesis
yang baik menunjukkan bahwa peneliti mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup
dalam kaitannya dengan permasalahan.
2. Bahwa
dengan hipotesis dapat memberikan arah dan petunjuk tentang pengambilan data
dan proses interpretasinya.
Dalam
penelitian, seorang peneliti yang menuliskan hipotesis secara baik memiliki
beberapa tujuan, antara lain:
1.
Memfokuskan
masalah yang diteliti.
2.
Mengidentifikasikan
data yang relevan untuk disimpulkan.
3. Menyediakan
keterangan secara sementara terhadap gejala yang memungkinkan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan.
4.
Memberikan
arah yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
5.
Memberikan
kisi-kisi laporan untuk melaporkan kesimpulan studi.
Dengan
demikian, dengan adanya hipotesis yang baik, peneliti dapat lebih mudah dalam
mencari pemecahan masalah atas dasar pernyataan hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya.
Adapun
kriteria-kriteria perumusan hipotesis
yang baik antara lain:
1.
Hipotesis
dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Pernyataan tersebut harus mengarah
dan fokus kepada tujuan penelitian.
2.
Menggunakan
variabel-variabel yang jelas dan benar. Hipotesis harus menyatakan pertautan
dua variabel atau lebih.
3.
Pernyataan
yang dirumuskan dengan maksud dapat diuji secara empiris (data lapangan). Artinya
suatu hipotesis harus dapat diukur sejauh apa bisa terbukti kebenarannya.
4.
Pernyataan
yang dikembangkan berdasarkan teori-teori lebih kuat jika dibandingkan dengan hipotesis
lawan.
Terdapat 2
pilihan peneliti terhadap hipotesis yang dirumuskan, yaitu:
1.
Menerima
keputusan seadanya saat hipotesis tidak terbukti.
2.
Mengganti
hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak
mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Menurut
Good dan Scates (1945) dalam buku Methods of Research Educational ada
beberapa sumber untuk menggali hipotesis, yaitu:
1.
Ilmu
pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu.
2.
Wawasan
serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan .
3.
Imajinasi.
4.
Materi
bacaan dan literatur.
5.
Pengetahuan
tentang kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki.
6.
Data
yang tersedia.
7.
Analogi
dan kesamaan.
Secara umum
hipotesis tersebut dapat dirumuskan melalui 3 sumber utama yang mempunyai
hubungan dengan jenis dan sifat penelitian yang dilakukan peneliti (Soeratno:
2000: 211), yaitu:
1.
Pengalaman,
pengamatan, dan dugaan si peneliti yang bersangkutan.
2.
Hasil
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya atau pengetahuan umum dari peneliti
mengenai bidang-bidang yang akan ditelaah.
3. Teori-teori
atau konsep-konsep yang sudah ada, yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam
pengajuan hipotesis.
D.
Pengujian Hipotesis
Pengujian
ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji hipotesis. Pengujian
hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan memerlukan akurasi yang tepat
dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data sampel yang merupakan
bagian dari populasi. Pengujian hipotesis ini adalah ekspektasi peneliti
mengenai karakteristik tertentu suatu populasi yang didukung dengan landasan
konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya yaitu membuat
keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan oleh peneliti
tersebut.
Suatu uji
hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan, peneliti
memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti ditolak
karena perbedaan hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu
kebetulan namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan dapat pula
karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima sebagai
hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis nol
(H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka
yang lainnya pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu
H0 = ditolak, dan Ha = diterima.
Dan suatu
hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari hasil
kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima
hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses
pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu
mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan peneliti
sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang
ada.
Untuk itu,
sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa dalam merumuskan
hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima keputusan seadanya saat
hipotesis tidak terbukti atau mengganti hipotesis seandainya melihat
tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis
(pada saat penelitian berlangsung).
Pengujian
hipotesis tidak harus membuktikan benar. Peneliti tidak harus mengulang kembali
penelitiannya jika hipotesis belum bisa dibuktikan melainkan memasukkan pada
dua kemungkinan tadi yakni diterima atau ditolak.
Referensi:
Ruslan,
Rosadi. 2006. Metode Penelitian Publik
Relation dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukardi.
2003. Metodologi Penelitian Pendidikan
Kompetensi dan Pratiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Tika,
Pabundu. 2006. Metodologi Riset Bisnis.
Jakarta: Bumi Aksara.
Pengetahuan yang sangat bermanfaat |
BalasHapusRiads Solution Statistics Research & Information Technology Consulting | Terbuka Diskusi dan Konsultasi Tentang Riset Ilmiah & IT company profile | www.riadsolution.com