Sabtu, 25 Desember 2010

Ayat Suci tentang Angin

 A.      Jenis-Jenis Angin

Allah berfirman:

Artinya: “Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur”. (Q.S As-Syuura: 33)

Artinya: “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya). Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini, pastilah Kami akan Termasuk orang-orang yang bersyukur". (Q.S Yunus: 22)

Artinya: “Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S Al-Anbiya: 81)

Artinya: “Atau Apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin topan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu…”. (Q.S Al-Israa: 69)


Pada Q.S Asy-Syura ayat 33 mengandung tafsiran bahwa jika Allah berkehendak supaya perahu-perahu (kapal) itu tidak dapat berlayar, maka Dia menenangkan angin sehingga tak terdapat sesuatu yang mampu mendorong perahu layar dan berhentilah perahu itu di atas permukaan laut. Hal ini merupakan kuasa Allah, dan tidak ada yang tidak bisa jika Dia berkehendak.

Pada Q.S Yunus ayat 22 Allah berfirman bahwa Dialah yang menjadikan kita dapat melakukan perjalanan di darat dan di laut dengan lindungan-Nya. Sehingga apabila kita berada dalam suatu bahtera yang sedang meluncur dengan kencangnya karena tiupan angin yang baik dan segar menjadikan perjalanan kita mengembirakan dan menyenangkan hati. Tiba-tiba datang angin badai dan topan yang menguncangkan bahtera dan menggelorakan gelombang-gelombang besar yang datang dari segala penjuru, sehingga para penumpang bahtera itu mengira sudah terkepung oleh gelombang-gelombang besar yang sedang menggelora dan maut sudah berada di depan mata mereka. Maka ingatlah mereka kepada Allah, berdo’a kepada-Nya dengan ikhlas dan sepenuh hati, bila mereka diselamatkan dari marabahaya dan musibah yang mereka hadapi sungguh-sungguh mereka akan bersyukur kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun dan hanya akan beribadah kepada-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam ayat ini dinyatakan Allah memberikan kodrat (kemampuan) berjalan di darat dan di laut dengan memberikan hewan tunggangan dan kemampuan membuat sarana angkutan. Ketika mereka berada di dalam perahu layar (kapal) yang berlayar membawanya dengan memperoleh bantuan angin yang baik maka merekapun gembira. Tetapi jika tiba-tiba datang angin badai yang hebat yang disertai gelombang ombang yang bergulung-gulung, maka mereka bercepat-cepat berdoa kepada Allah dengan hati yang sangat ikhlas. Ayat ini memberi pengertian bahwa manusia bertabi’at kembali kepada Allah, ketika mereka ditimpa bencana.

Q.S Al-Anbiya ayat 81 menjelaskan bahwa bagi Nabi Sulaiman ditundukkanlah angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri Syam yang telah diberkahi disekitarnya. Dikisahkan bahwa Nabi Sulaiman mempunyai sebuah hamparan dari kayu untuk mengangkut apa-apa yang diperlukan bagi kepentingan kerajaan seperti kuda, unta, dan kemah, kemah-kemah, dan bala tentara, serta lain-lainnya. Kemudian ia memerintahkan angin membawa hamparan itu dengan isinya kemana saja yang ia kehendaki. Dan penggalan Q.S Al-Isra ayat 69 di atas berisi mengenai peringatan Allah terhadap orang-orang kafir terhadap-Nya.

Ditinjau dari segi ilmiah, ayat-ayat tersebut menggambarkan tentang jenis-jenis angin. Sehingga ilmuan mengelompokkan angin dalam beberapa kelompok yang berbeda. Pengelompokkan berdasarkan kecepatan angin serta kegunaan atau dampaknya bagi pelayaran. Adapun secara garis besar angin tersebut terdiri dari angin sunyi (angin tenang), angin sedang atau angin sepoi (angin baik), angin kencang (angin yang sangat kuat), angin badai, badai yang sangat kuat (angina topan).

B.      Persesuaian antara Awan, Hujan, dan Arus Angin
Allah berfirman:

Artinya: “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Sehingga apabila angin itu telah membawa awan mendung. Kami halau ke suatu daerah yang tandus. Lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati. Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran”. (Q.S Al-A’raaf: 57)

Ayat di atas menjelaskan bahwa hujan merupakan salah satu nikmat terbesar dari Allah SWT. Dalam ayat tersebut, Allah berfirman mengingatkan rahmat-Nya sekaligus membuktikan keniscayaan hari kiamat. Bahwa Dialah, bukan selain-Nya yang mengutus (meniupkan) aneka angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (sebelum turunnya hujan). Sehingga apabila ia (angin-angin) itu telah memikul (mengandung awan yang berat), karena telah berhasil menghimpun butir-butir yang mengandung air, maka ia terlihat mendung dan perjalanannya menjadi lambat. Kami halau ia (angin dalam satu kesatuan) menuju ke suatu daerah yang mati (tandus). Lalu Kami turunkan hujan di daerah (tandus) itu. Maka Kami keluarkan (tumbuhan) dengan sebabnya yaitu air yang kemudian tercurah berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah (menghidupkan) tanah yang mati atau tandus, yaitu dari suatu keadaan yang tidak berwujud sehingga berwujud dan hidup. Begitulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati dan tertanam di bumi. Kami menyampaikan bukti dan contoh ini mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

Q.S Al-A’raaf ayat 57 mengisyaratkan bahwa sebelum diturunkannya hujan, terdapat beranekaragam angin. Namun sedikit demi sedikit Allah mengarak dengan perlahan partikel-partikel awan dengan angin-angin itu, kemudian digabungkan-Nya partikel-partikel tersebut. Sehingga ia tindih-menindih dan menyatu, lalu turunlah hujan.

Di sisi lain ketika angin itu belum mengandung partikel-partikel air, angin ketika itu masih ringan, dan seakan-akan bisa berjalan sendiri tanpa diarak atau didorong. Tetapi ketika ia menyatu, maka keadaannya menjadi berat, sehingga gerakannya menjadi lambat. Maka dari itu digunakan kata Kami halau ia. Dengan kata lain, singkatnya ayat di atas menerangkan bahwa angin membawa awan yang selanjutnya akan memberikan kabar gembira, yaitu hujan.

Dalam ilmu pengetahuan modern pun dijelaskan mengenai keharmonisan antara angin, awan, dan hujan. Ilmu meteorologi menetapkan bahwa pengaruh terhadap awan dan turunnya hujan berasal dari pergerakan angin yang berkumpul di suatu tempat.  Kemudian terjadilah awan yang bertumpuk-tumpuk (cumulus clouds), dan hujan keluar dari celah-celahnya.

C.      Salju, Angin Ribut Berguntur, dan Kilat
Allah berfirman:

Artinya: “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan”. (Q.S An-Nur: 43)

Allah SWT dalam firman-Nya ini menunjukkan betapa berkuasa Ia. Dia mengarak awan-awan yang terpencar-pencar, mengumpulnya, dan menjadikannya rapat bertindih-tindih, lalu turunlah hujan dari celah-celahnya. Dan Allah juga menurunkan butiran-butiran es dari gumpalan-gumpalan awan yang menggunung di langit, maka diturunkan-Nyalah hujan air dan hujan es itu kepada siapa yang Allah hendaki, sebagai tanda rahmat dan karunia-Nya dan atau dipalingkan dari siapa yang dikehendaki-Nya sehingga terjadilah kekeringan atau kegersangan yang menandakan cobaan dan ujian Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah juga megatakan bahwa kilauan kilatan awan itu karena keras dan cepatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Al-Quran menetapkan sebuah mukjizat dalam lapangan ilmu pengetahuan bahwa awan yang bertumpuk-tumpuk (awan tebal; cumulus clouds) dimulai dari titik-titik awan yang muncul di langit. Kemudian terjadi penggabungan antara dua titik awan atau lebih dengan bagian-bagian lainnya. Sehingga terbentuklah sebuah gumpalan besar yang dalam waktu dekat akan membesar lagi seperti gunung tinggi. Dari situlah turunnya hujan. Selain itu, melalui observasi ilmiah ditunjukkan bahwa pada proses pembentukannya, salju menerima muatan-muatan listrik.  Salju merupakan penyebab muatan listrik yang berguntur dan petir.

Ketika awan kelebihan elektron, maka muatan tersebut akan meloncat ke awan yang bermuatan positif. Lalu timbullah aliran litrik yang dinamakan kilat. Kilat terjadi karena adanya perubahan suhu dalam waktu yang sangat singkat. Sedangkan bunyi guntur merupakan proses alamiah yang disebabkan oleh serentetan akibat dari pengaruh pergerakan awan. Sebagaimana diterangkan ayat di atas bahwa paling bahaya dari kilat adalah cahayanya yang dapat menghilangkan penglihatan. Maka bahaya inilah yang harus dihindari penerbang saat terjadi angin kencang yang disertai guntur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar